Setiap proyek konstruksi wajib memperhatikan alat pelindung diri konstruksi sebagai perlindungan utama bagi para pekerja. Kecelakaan kerja masih jadi tantangan besar, dan APD berkualitas adalah solusi efektif untuk menekan risiko sekaligus menjaga kelancaran proyek. Namun, Setiap proyek konstruksi menghadapi berbagai risiko, salah satunya kecelakaan kerja. Statistik menunjukkan sektor konstruksi jadi penyumbang terbanyak kecelakaan kerja di Indonesia. Menurut data BPJS Ketenagakerjaan, sektor konstruksi berkontribusi sekitar 32% dari total kecelakaan kerja nasional. Dampaknya tak main-main: sebuah studi menyebut rata-rata biaya satu kasus kecelakaan konstruksi “lost-time injury” mencapai sekitar US$35.000 (gp-radar.com) – belum termasuk biaya tidak langsung lainnya – dan cedera kerja menyerap 6–9% dari total anggaran proyek. Singkat kata, satu kecelakaan bisa menghambat jadwal, merusak peralatan, dan menambah biaya besar. Tanpa langkah preventif, proyek besar bisa terhenti atau molor panjang, apalagi jika korban cedera serius.
Solusi Mencegah Kecelakaan Kerja
Padahal, mencegah jauh lebih murah daripada mengobati. Namun sayangnya, banyak perusahaan masih memandang program keselamatan kerja (K3) dan APD sebagai biaya tambahan, bukan investasi. Padahal menurut OSHA (Amerika Serikat), perusahaan yang menjalankan program keselamatan efektif justru menurunkan klaim kecelakaan dan biaya kompensasi pekerja. Data US lainnya memperkirakan biaya kecelakaan kerja nasional mencapai ratusan miliar dolar per tahun. Dengan menerapkan K3 dan alat pelindung diri konstruksi berkualitas, perusahaan tidak hanya menyelamatkan nyawa pekerja tapi juga menghemat uang jangka panjang. Kompensasi, biaya medis, hingga kerugian produktivitas bisa ditekan drastis. Jadi, pengadaan alat safety bukan beban – melainkan investasi untuk menjaga kelancaran proyek dan reputasi perusahaan.
Jenis-Jenis APD Wajib di Lokasi Proyek
Setiap alat pelindung diri (APD) untuk proyek konstruksi sebaiknya memenuhi standar SNI atau standar internasional. Peraturan Kemenaker 2010 dan Permen PUPR 2014 memang mewajibkan perusahaan konstruksi menyediakan alat pelindung diri konstruksi sesuai jenis bahaya. Dengan APD yang tepat, risiko fatalitas dan cidera bisa berkurang signifikan. Contohnya, helm berstandar SNI mampu melindungi kepala dari benturan benda jatuh atau percikan bahan kimia, sementara rompi reflektif berwarna cerah membantu visibility pekerja di lokasi ramai alat berat Baca artikel Lenkapnya di Rompi Keselamatan Kerja: Kecil Tapi Bisa Selamatkan Nyawa
Berikut jenis-jenis APD penting yang wajib digunakan di proyek:
- Helm Keselamatan – Melindungi kepala dari benturan benda jatuh, ledakan panas, atau percikan api. Gunakan helm berkualitas (SNI/ANSI) dengan tali dagu yang pas agar tidak mudah terlepas.
- Rompi Reflektif – Rompi safety warna cerah (oranye/kuning) dengan strip reflektif meningkatkan visibilitas pekerja. Data NSC menunjukkan >80% kecelakaan alat berat terjadi karena pekerja sulit terlihat. Rompi membantu mencegah tabrakan kendaraan atau alat berat dengan manusia.
- Masker/Respirator – Menjaga saluran pernapasan dari debu, asap, kabut, atau bahan kimia ringan. Debu semen, serbuk kayu, dan asap alat las sangat berbahaya jika terhirup terus-menerus. Pemakaian masker (atau respirator untuk gas berbahaya) melindungi paru-paru pekerja.
- Sarung Tangan – Melindungi tangan dari luka iritasi, potongan logam tajam, cairan korosif, atau suhu ekstrem. Misalnya, sarung tangan kulit untuk las, sarung tangan karet untuk listrik, dan sarung tangan anti-asam untuk tangki kimia.
- Sepatu Safety – Sepatu bertutup (boot) dengan pelindung baja melindungi kaki dari tertimpa benda berat, tertusuk paku atau besi, hingga terpeleset. Pilih sepatu yang pas, anti-slip, dan sesuai standar (ada tipe anti-listrik, anti-sengat, dst).
(Perlu diingat, ini baru sebagian APD. Alat lain seperti harness keselamatan untuk kerja di ketinggian juga krusial.) Semua APD di atas wajib digunakan setiap hari kerja, bukan hanya kadang-kadang. Memeriksa kondisi APD sebelum mulai pekerjaan dan mengganti perlengkapan rusak adalah budaya K3 penting agar proyek tetap lancar dan aman.
APD di Lapangan
Tidak cukup hanya punya APD – cara penggunaannya juga penting. Misalnya, helm harus dipakai dengan benar (tali dagu terpasang, posisi helm tidak miring) setiap kali berada di area konstruksi. Begitu pula dengan masker, selalu gantilah filter atau buang setelah basah, jangan dipakai lepas-lis. Contoh di gambar, pekerja konstruksi memasang rangka atap sambil mengenakan helm dan sabuk pengaman. Ini menunjukkan praktek baik: helm melindungi dari serpihan yang mungkin jatuh, sedangkan harness keselamatan (safety belt) menahan bila tergelincir. Untuk pekerjaan di atas ketinggian, penggunaan body harness yang terikat pada anchor point benar-benar menyelamatkan nyawa jika terjatuh.
Contoh lain, saat mengecat atau menggali, rompi dan sarung tangan juga wajib dipakai. Gambar di samping menunjukkan pekerja konstruksi menggunakan fall arrest system saat bekerja di struktur atap. APD-apd ini tak terlihat glamor, tapi justru itulah yang membuat proyek konstruksi aman. Mengintegrasikan pemeriksaan APD dalam rutinitas harian (misalnya oleh mandor sebelum briefing) membantu memastikan setiap pekerja pulang dalam keadaan selamat. Intinya: kunci proyek lancar adalah disiplin menjalankan K3 di lapangan.
Lengkapi Kebutuhan Safety Proyek Anda
Sebagai general supplier Bali di bidang konstruksi, CV. Dwi Jaya Mandiri menyediakan berbagai alat pelindung diri proyek Bali berkualitas tinggi – mulai helm SNI, rompi reflektif ANSI, masker industri, hingga sepatu boot safety. Kami jual alat safety proyek Bali lengkap untuk semua jenis proyek Anda. Percayakan kebutuhan APD Anda pada supplier APD Bali terpercaya ini. Follow Instagram kami @dwijayamandiri_bali untuk update produk dan tips keselamatan kerja terbaru. Segera lengkapi perlengkapan keselamatan tim Anda di CV. Dwi Jaya Mandiri, dan wujudkan proyek konstruksi aman tanpa hambatan!